Tinjauan Ternak Kelinci Hias di Daerah
Kelinci. Dalam rangka meningkatkan gizi
keluarga, Presiden Suharto pernah menganjurkan untuk mengenal ternak kelinci
dan suka daging kelinci sebagai sumber protein hewani. Dalam kaitannya dengan
anjuran tersebut, maka dari tanggal 1 2 - 18 September 1983, Prof. Cheeke dari
Amerika bersama rombongan (team) dari Bogor yang terdiri dari Prof. Farrell
(expert dari Australia), Prof. D.A. Lubis (tim dari Litbang, Deptan), seorang
staf Puslitbangnak, 2 orang staf BPT Pajajaran, 2 orang staf BPT Ciawi, seorang
staf Bakitwan dan seorang staf tamu dari Bina Swadaya Jakarta meninjau kepeternakan
kelinci yang dipelihara oleh masyarakat desa di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Tujuan peninjauan ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana ternak kelinci mulai dikembangkan di Pulau Jawa,
sehingga masyarakat pedesaan mulai suka akan daging kelinci sebagai sumber protein
hewani, mengingat harga daging sapi semakin tinggi.
Peternakan kelinci ras di Pulau
Jawa sudah mulai dikembangkan seperti di Jawa Barat yaitu Lembang, Bandung (3),
di Jawa Tengah yaitu Tegal, Brebes, Gunung Kidul, Karang Kobar dan Magelang.
Pensuplai kelinci ras di daerah pedesaan Jawa Tengah adalah Breeder Sugis dari
Lembang, atas kerjasama dengan Dinas Peternakan setempat.
Kesimpulan sementara kunjungan
adalah bahwa ternak kelinci yang sudah memasyarakat terdapat di Desa
Pandansari, Kabupaten Brebes. Daerah yang berhasil mengembangkan kelinci dengan
baik perlu dipelajari dan diteliti baik cara pengelolaannya maupun cara
pencegahan terhadap penyakit.
Desa yang sudah berhasil
memasyarakatkan ternak kelinci adalah Desa Pandansari. Hal ini dapat dilihat dari
kenyataan bahwa penduduk di desa ini sudah menggunakan daging kelinci sebagai sumber
protein hewani. Keberhasilan ini diperoleh berkat dorongan pemerintah daerah Brebes
dan Dinas Peternakan Brebes yang ditunjang pula oleh cukup tersedianya pakan
berupa hijauan.
Desa yang banyak masalahnya
adalah Desa Pangketiban, Tegal. Mungkin di daerah ini hawanya cukup panas
sehingga untuk memelihara kelinci yang baik perlu disesuaikan dengan keadaan sekeliling/lingkungan
dan perkandangan.
Di Gunung Kidul, desa yang
kering, masyarakatnya masih membutuhkan karbohidrat, sehingga kebutuhan protein
hewani masih dikesam pingkan. Mungkin konsumsi daging kelinci sebagai sumber
protein hewani baru bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya apabila kebutuhan akan
karbohidrat sudah terpenuhi.
Menurut Prof. Cheeke (2) penyakit
Scabies dapat, dicegah dengan metode "dipping" yang menggunakan bahan
kimia, larutan malathion 0,5% dan kelinci direndam dalam larutan tersebut selama
3 detik setiap 10 harl sekali . Ternak kelinci yang dipelihara di daerah panas
dapat diperbaiki lingkungannya dan sistem perkandangannya sedemikian rupa
supaya kelinci merasa sejuk. Program pemberian pakan hijauan dapat dilakukan secara
berganti-ganti, tidak satu macam hijauan saja yang diberikan terus menerus.
Dapat juga diberikan rumput setaria, tetapi tidak terus menerus seperti halnya
kejadian di Breeder Sugis .
0 Response to "Tinjauan Ternak Kelinci Hias di Daerah"