Latest News

Kaji Tindak Pembuatan Complete Feed Dalam Upaya Budidaya Kelinci Di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis

Kaji Tindak Pembuatan Complete Feed Dalam Upaya Budidaya Kelinci Di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis

Dr. Ir. A b u n, MP.
Dr. Denny Rusmana, SPt., MSi.
Deny Saefulhadjar, SPt., MSi.
Analisis Situasi
Kelinci. Sektor pertanian, khususnya peternakan merupakan sektor yang amat penting dalam kerangka pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian pada sektor tersebut. Selain itu, sektor peternakan bermakna strategis sebagai sumber penyediaan protein hewani untuk kebutuhan konsumsi manusia. Dengan demikian pembangunan sektor peternakan merupakan suatu perwujudan dalam upaya penyediaan protein hewani, serta peningkatan gizi dan pendapatan masyarakat.

Kaji Tindak Pembuatan Complete Feed Dalam Upaya Budidaya Kelinci Di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis

Konsumsi protein hewani dalam pola makan sehari-hari sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu komoditas penghasil protein hewani yang cukup potensial untuk dikembangkan dipedesaan adalah ternak kelinci.esa Panaragan adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. 
Kaji Tindak Pembuatan Complete Feed Dalam Upaya Budidaya Kelinci Di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis
Desa tersebut memiliki luas wilayah 437,460 ha, yang sebagian besar (64,79%) digunakan sebagai lahan pertanian. Menurut letak geografis, desa ini sebelah barat berbatasan dengan Desa Sukaresik, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kujang, sebelah utara berbatasan dengan Desa Darmacaang, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margaluyu. Jarak dari Desa Panaragan ke ibukota Kecamatan Cikoneng adalah 2 km, dan jarak ke ibukota Kabupaten Ciamis adalah 13 km. Berdasarkan data potensi Desa Tahun 2007, jumlah penduduk desa ini sebanyak 4675 orang, yang terdiri dari 2316 orang perempuan, dan 2359 orang laki-laki, dan terbagi ke dalam 42 RT dan 11 RW. Mengenai mata pencaharian penduduk desa ini, sebagian besar adalah petani dan peternak.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Tahun 2007, dari data potensi wilayah tercatat jumlah ternak yang dipelihara adalah sebagai berikut: Ayam ras broiler 50.000 ekor, ayam buras (ayam kampung) 1.111 ekor, itik 25 ekor, domba 19 ekor, kambing 16 ekor, sapi 2 ekor, kerbau 10 ekor, dan kelinci 50 ekor. Ternak kelinci berpotensi untuk dikembangkan di desa tersebut, karena sebagian besar wilayah Desa Panaragan adalah lahan pertanian, dan adanya home industry pembuatan kerupuk, wajit, kue dan roti, yang limbahnya dapat dijadikan pembuatan complete feed untuk pakan kelinci. Khusus pada sektor peternakan bila dilihat dari sistem pemeliharaannya masih tergolong subsisten, yang berarti belum memperhitungkan aspek efisiensi usaha, terutama dalam hal pengadaan pakan. Selain itu, umumnya usaha peternakan di desa ini hanya merpakan usaha sambilan dan belum bersifat sebagai andalan sumber pendapatan. Salah satu komoditas pertanian yang sedang dibudidayakan di Desa Panaragan, Kecamatan Cikoneng adalah tanaman singkong dan jagung, karena tanaman ini mudah tumbuh baik di pekarangan, pematang sawah, dan sebagai tanaman tumpang sari.

Tanaman singkong selain dapat dimanfaatkan umbinya (untuk konsumsi langsung atau untuk industri tapioka), kulit umbi dan limbah industri tapioka (seperti onggok) dapat dimanfaatkan untuk pakan kelinci. Adapun tanaman jagung, selain dimanfaatkan untuk pangan, bonggolnya dapat digiling untuk bahan pembuatan complete feed. Melalui pemanfaatan limbah pertanian dan agroindustri, serta limbah home industry, diharapkan dapat menjadi alternatif bahan pakan penyusun complete feed dengan harga relatif murah dan berkualitas, serta dapat menunjang produktivitas ternak kelinci, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masnyarakat.

Berdasarkan latar belakang dan analisis situasi di atas, maka introduksi atau limpah keterampilan dan kaji tindak mengenai teknologi pembuatan pakan komplit (complete feed) dalam upaya budidaya kelinci, sangat penting dilakukan di Desa Panaragan, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis.

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng, ternyata masyarakat belum mengenal teknologi pembuatan pakan komplit (complete feed) untuk sumber pakan yang praktis, dan berkualitas bagi ternak kelinci. Sementara itu bahan pakan untuk pembuatan complete feed yang berasal dari limbah pertanian, agriondustri, serta limbah rumah tangga dan home industry cukup berlimpah. Selain itu, dimasa krisis moneter saat ini dimana harga bahan makanan termasuk juga harga bahan pakan melonjak, serta pengangguran pun bertambah. Oleh karenanya dipandang sangat perlu untuk menggali potensi wilayah tersebut, yaitu di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin sebagai bahan pakan complete feed guna menunjang
budidaya ternak kelinci, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
  1. Bagaimana menumbuhkan minat dan kepercayaan masyarakat dalam meningkatkan pendapatan melalui upaya budidaya kelinci dengan teknologi pembuatan pakan komplit (complete feed).
  2. Bagaimana agar masyarakat mampu menerapkan teknologi pembuatan complete feed dalam menunjang produktivitas ternak kelinci.

Tujuan dan Manfaat Kegiatan

Tujuan kegiatan ini adalah limpah keterampilan dan kaji tindak berupa teknologi pemanfaatan limbah pertanian, dan agroindustri, serta limbah rumah tangga dan home industry menjadi pakan komplit (complete feed) dalam menunjang budidaya kelinci.

Selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk pengadaan pakan alternatif yang praktis dan berkualitas guna meningkatkan produktivitas kelinci, dan pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Manfaat kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak di pedesaan mengenai teknik pembuatan complete feed dalam upaya penyediaan pakan yang praktis dan berkualitas bagi ternak kelinci.

Diharapkan pula dari kegiatan ini, masyarakat mendapat pengetahuan dalam intensifikasi ternak kelinci dan diversifikasi pemanfaatan limbah untuk makanan kelinci.

TINJAUAN PUSTAKA

Kelinci tergolong jenis aneka ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di pedesaan. Jenis ternak ini dapat menghasilkan daging, kulit, dan pupuk yang berkualitas, namun diperlukan pakan yang mengandung gizi cukup tinggi dan seimbang untuk pertumbuhannya. Pemberian pakan yang baik, yaitu memenuhi kebutuhan ternak baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga dapat menunjang pertumbuhan, dan menghasilkan karkas serta kulit yang berkualitas.

Pemberian pakan pada ternak kelinci umumnya hanya terdiri dari hijauan, dan atau limbah sayuran dan limbah dapur/limbah rumah tangga, dengan kandungan gizi atau nutrisi yang rendah. Ternak kelinci merupakan hewan monogastrik yang memerlukan pakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat guna menunjang pertumbuhan yang optimal.

Salah satu upaya peningkatan budidaya kelinci di pedesaan adalah manajemen pemberian pakan melalui penyediaan pakan komplit yang terdiri dari hijauan dan konsentrat (complete feed), dan yang sampai saat ini belum terperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena sistem budidaya kelinci di pedesaan umumnya masih bersifat subsisten. Upaya perbaikan sistem budidaya ke arah semi-intensif dan bahkan intensif melalui manajemen pemberian complete feed yang berkualitas, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Keberhasilan budidaya kelinci dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu genetik, pakan, dan manajemen. Pakan merupakan faktor terpenting dalam budidaya kelinci karena dapat berpengaruh terhadap produksi, pertumbuhan, dan kondisi ternak. Pengadaan pakan komersil memerlukan biaya yang cukup tinggi, apalagi di masa krisis ekonomi saat ini harga bahan baku pakan (seperti dedak, jagung, kedele atau yang lainnya) sudah tergolong mahal. Sedangkan apabila pemeliharaan kelinci hanya mengandalkan hijauan dan atau limbah sayuran dan limbah dapur/limbah rumah tangga saja, seperti yang selama ini dilakukan oleh peternak kelinci di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng, tentunya tidak dapat mencapai produksi yang optimal. Hal tersebut disebabkan karena untuk keperluan pertumbuhannya kelinci membutuhkan makanan dengan kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu protein kasar 16 persen, lemak kasar 10 pesen, serat kasar 12 persen, dan TDN (Total Digestible Nutrien) 65 persen, serta energi tercernanya (DE) 2500 kkal/kg (Cheeke dkk., 1982). Oleh sebab itu, agar pemeliharaan kelinci di Desa Panaragan menjadi komoditas andalan dan membuka lapangan pekerjaan buat masyarakat, perlu diupayakan satu alternatif pakan yang mengandung nilai gizi sesuai keperluan kelinci, dan efektif untuk pertumbuhannya, yaitu melalui pembuatan pakan komplit (complete feed).

Kelinci termasuk hewan herbivor non ruminansia yang mempunyai system pencernaan monogastrik dengan perkembangan secum dan kolon seperti pencernaan ruminansia, sehingga kelinci lebih efisien dalam memanfaatkan zat-zat makanan melalui adanya coprophagy. Kelinci mempunyai strategi dalam pencernaannya, yatu memisahkan komponen serat kasar pakan dalam sekum dan kemudian bahan tersebut difermentaskan oleh mikroba secum, dilanjutkan dengan pengeluaran yang cepat dari serat yang tidak dapat dicerna bersama feses keras. Bahan yang telah difermentasikan dikeluarkan berupa feses lunak dan langsung dikonsumsi lagi oleh kelinci untuk pencernaan ulang, yang disebut coprophagy. Jadi coprophagy artinya hewan tersebut dapat memanfaatkan kembali sebagian ekskretanya, yaitu caectrophe yang kaya akan vitamin B kompleks dan asam amino mikrobial.

Tujuan pemberian pakan pada ternak kelinci adalah untuk memenuhi keperluan hidup pokok, pertumbuhan, produksi, dan reproduksi (Templeton, 1968). Kekurangan zat makanan dalam pakan dapat memperlambat puncak pertumbuhan dan laju penimbunan lemak, adapun makanan yang sempurna dan lengkap dapat mempercepat pertumbuhan.

Zat-zat makanan untuk pertumbuhan seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin harus cukup tersedia dalam pakan kelinci. Standar kebutuhan zat makanan untuk kelinci yang sedang tumbuh adalah protein kasar 16,2 persen, lemak kasar 10 persen (Cheeke, 1982). Menurut Blakely (1987), kebutuhan protein untuk kelinci periode pertumbuhan adalah sebesar 16 sampai 20 persen.

Protein ransum diperlukan untuk memperbaiki jaringan yang rusak, pertumbuhan jaringan yang baru, dan metabolisme energi (Anggorodi, 1979). Kelinci kurang baik dalam mencerna serat kasar, tingkat serat kasar yang optimal untuk ternak kelinci berkisar antara 20 sampai 27 persen (Templeton, 1968). Cheeke dkk. (1986) menyatakan bahwa bagi ternak kelinci, serat kasar berguna sebagai sumber energy untuk pertumbuhan normal, mencegah enteritis, dan mencegah sifat memakan bulu.

Kebutuhan energi pada ternak kelinci bukan merupakan ketentuan pokok karena kelincidapat menyesuaikan konsumsi energi yang dibutuhkannya. Lemak yang terdapat dalam pakan, dapat menyebabkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan yang lebih baik serta dapat mencegah kerontokan bulu.
  • Kebutuhan lain seperti vitamin dan mineral dalam pakan harus selalu mencukupi, dan air minum yang bersih dan segar harus selalu tersedia (Steven dkk., 1984; Anggorodi, 1979).
  • Kebutuhan air minum akan meningkat apabila kelinci diberi ransum dalam bentuk pelet, kelinci yang sedang menyusui, dan apabila suhu lingkungan meningkat (Dwiyanto dkk., 1984). 
Bentuk fisik dan ukuran partikel bahan pakan sangat berpengaruh terhadap palatabilitas atau tingkat kesukaan pakan. Pakan yang palatabel akan dikonsumsi lebih banyak sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan, dan tentu saja berpengaruh terhadap kualitas daging dan bulu. Ukuran partikel bahan pakan akan mempengaruhi kecernaan dan lama perjalanan pada saluran pencernaan (Lang, 1981). Partikel pakan yang halus akan mencapai usus halus dengan cepat, dan akan tertimbun di sekum. Peningkatan bahan pakan yang belum dicerna menyebabkan diarhe dan enteritis. Hal ini menunjukkan perlunya partikel besar dalam ransum kelinci untuk merangsang fungsi saluran pencernaan dan pembentukkan kotoran keras (Leplace dan Lebas, 1977).

Pada saat ini di pasaran, bentuk fisik konsentrat komersial bermacam-macam seperti pellet, crumble (remah), dan all mash (tepung), tetapi yang biasa digunakan yaitu berbentuk pellet karena pellet mempunyai banyak keuntungan, yaitu kelinci tidak dapat memilih bahan yang disukainya saja (Templeton, 1968). Semua bahan pakan dapat dikonsumsi oleh kelinci, mudah dalam pemberian pakan, menghemat tenaga kerja, dan ideal untuk pemberian secara ad-libitum (Sandford, 1979).

Bangsa kelinci di Indonesia sudah merupakan keturunan dari berbagai ras. Salah satu jenis kelinci ras yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kelinci New Zealand White. Kelinci ini sangat baik untuk tujuan komersial karena memiliki ukuran dan konformasi badan sebagai penghasil daging dan kulit (Templeton, 1968). Kelinci ini memiliki pertumbuhan cepat, serta kualitas karkas, kulit dan bulunya yang baik Penjajagan dan Analisis Situasi Kegiatan lapangan pertama kali dilakasanakan pada bulan Juli 2008. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan, yaitu dengan mengamati bagaimana potensi sub sektor peternakan di Desa Panaragan ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan yang pada gilirannya dapat sebagai penyedia sumber protein hewani guna pemenuhan gizi masyarakat. Selain itu, apakah pemanfaatanya dapat berdaya guna dan mendapat nilai tambah, yang antara lain dengan terobosan intensifikasi usaha tanpa mengganggu mata pencaharian pokok.

Masalah apa yang bisa dikembangkan dan dipecahkan dalam menunjang optimalisasi pemanfaatan potensi tersebut. Dari hasil penjajagan dapat diungkapkan bahwa meskipun potensi sumber daya manusia angkatan kerja dan poetnsi limbah pertanian cukup bnayak, namun pemanfaatanya untuk budidaya kelinci belum banyak dikenal mengingat minat masyarakat untuk membudidaya dan mengembangkan ternak kelinci masih kurang. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai petujuk teknis budidaya kelinci dan pengembangannya melalui perbaikan pakan. Selain itu pengetahuan petani-ternak tentang pengolahan limbah pertanian, limbah agroindustri dan limbah dapur menjadi pakan kelinci yang berkualitas (complete feed) masih kurang. Bila permasalahan yang relevan ini tidak berhasil ditemukan dan petani-ternak merasa bahwa hal tersebut tidak penting, maka perhatian petani-ternak akan sangat kurang sehi ngga proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat lambat.

Dalam hubungannya dengan aspek pemberian ransum terhadap ternak kelinci, pada umumnya petani-ternak memberikan informasi bahwa pemberian makanan dengan rumput lapangan dan sayuran saja sudah cukup. Namun lambatnya perutmbuhan dan perkembangan ternak kelinci yang mengindikasikan kurangnya perhatian terhadap pakan, belum disadari sebagai suatu permasalahan. Oleh sebab itu peternak merasa tidak punya masalah yang berhubungan dengan pemberian makanan pada kelinci.

Dari dialog yang dilakukan dengan beberapa petani-ternak dapat terungkap bahwa pemeliharaan ternak kelinci masih bersifat subsisten, dalam arti pemeliharaan kelinci tidak dikandangkan dan tidak diberi perhatian yang khusus dalam hal pemberian pakan. Hal ini terbukti bahwa petani-ternak di desa ini hanya menggunakan rumput dan hijauan sebagai makanan pokok bagi ternaknya dengan cara dilepaskan.

Pengetahuan peternak mengenai manajemen pemberian pakan dengan ransum komplet (complete feed) yang berkualitas, serta petunjuk teknis budidaya kelinci lainnya masih kurang Populasi ternak kelinci (50 ekor) masih sangat rendah padahal lahan pertanian masih luas dan jumlah kepala keluarga (2 500 KK) dan angkatan kerja masih tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan pembuatan pakan komplit untuk meningkatkan produktivitas ternak kelinci merupakan salah satu alternatif peningkatan gairah warga desa
untuk memelihara kelinci yang pada gilirannya membuka lapangan kerja baru. Dari data tersebut, Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten DT II Ciamis, adalah potensial untuk pengembangan ternak. Dari penjajagan dapat diungkap bahwa meskipun potensi wilayah cukup baik, namun pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustry menjadi pakan komplit (complete feed) sebagai pakan berkualitas untuk ternak kelinci masih kurang. Dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas ternak kelinci di desa ini diperlukan suatu tambahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik.

Dari informasi dapat diungkap bahwa:
  1. Petani-ternak kurang menyadari bahwa aspek ransum merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan usaha ternak.
  2. Peternak kurang menyadari bahwa limbah pertanian dan agroindustri dapat diformulasi dan diolah menjadi pakan komplit untuk kelinci.
  3. Pengetahuan petani-ternak mengenai teknik pembuatan pakan komplit masih kurang.

Persiapan Materi Penyuluhan

Materi penyuluhan yang disiapkan disesuaikan dengan aspek permasalahan yang terungkap pada waktu penjajagan, yaitu masalah intensifikasi budidaya kelinci melalui pembuatan pakan komplit dengan memanfaatkan limbah pertanian berupa onggok, dedak padi dan sebagainya untuk pakan kelinci yang diolah melalui pembuatan pelet. Langkah persiapan terdiri atas:
  1. Menghimpun dan memilih keputusan yang relevan.
  2. Persiapan alat bantu penyuluhan, seperti gambar-gambar yang dapat menunjang terhadap komunikasi visual.
  3. Persiapan alat peraga dalam teknik pembuatan pakan komplit seperti bahan baku pakan (onggok dan dedak padi), cara menghitung formulasi ransum, alat kukus, dan alat pembuatan pakan komplit (mesin pelet sederhana).

Keterkaitan

Penyuluhan dan pelatihan teknik pembuatan complete feed ini berkaitan dengan program pemerintah setempat dalam upaya pembangunan di pedesaan melalui diversifikasi pemeliharaan jenis ternak dan penyediaan pakan kelinci yang praktis dan berkualitas.

Selain itu kegiatan ini berkaitan dengan program pemerintah dalam upaya menanggulangi kemiskinan melalui penyediaan lapangan pekerjaan. Dengan intensifikasi ternak kelinci, dapat membantu pemerintah dalam upaya penyediaan protein hewani sehingga dapat mempercepat tercapainya pemenuhan gizi masyarakat.

Partisipasi Khalayak Sasaran

Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Desa Panaragan ini dapat dikatakan cukup mendapat partisipasi dari masyarakat setempat, khususnya para petaniternak. Partisipasi juga tidak hanya dalam bentuk kehadiran waktu penyuluhan dan demontrasi plot, tetapi aktif berkomunikasi atau berdialog mengenai teknik formulasi dan pembuatan pakan komplit (complete feed) berbasis muatan lokal.

Salah satu aspek yang mendapat perhatian dari para peserta adalah cara pengolahan limbah pertanian berupa dedak padi dengan teknik pembuatan pelet. Umumnya masyarakat di desa ini memanfaatkan dedak padi dengan cara diberikan langsung pada kelinci. Secara umum petani-ternak merasa tertarik dengan teknik formulasi bahan baku dam pembuatan pelet untuk pakan kelinci. Hal ini disebabkan karena pada saat sekarang ini pakan ternak sangat mahal. Dengan ditemukannya inovasi ini diharapkan dapat menekan biaya pakan, serta kebutuhan zat makanan untuk ternak kelinci cukup memadai.

Selain itu, diharapkan pula dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, yang pada gilirannya dapat menyediakan sumber peotein hewani guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat pada umumnya. Lebih jauhnya petani-ternak di desa ini mengusulkan agar dibantu pemasaran hasil produksi berupa daging kelinci dan hasil ikutannya dengan harga yang relatif lebih baik.

Faktor Pendukung

Faktor yang turut mendukung kelancaran kegiatan pengabdian pada masyarakat ini antara lain adalah peran aktif dari aparat pemerintah setempat dan tokoh masyarakat serta sikap dan tanggapan yang baik dari para peserta. Faktor pendorong lainnya adalah tersedianya dedak yang cukup banyak dengan harga yang murah dimana dengan pengolahan terlebih dahulu dapat dimanfaatkan sebagai salah satu komponen pakan komplit kelinci.

Peran aktif Pemerintah terbukti dari kesempatan yang diberikan dan keterlibatan langsung dari Kepala Desa, ketua RW/RT, dan penyuluh pertanian setempat. Sedang sikap dan tanggapan yang baik dari masnyarakat terhadap pelaksanan kegiatan ini adalah dapat dirasakan dari keramahtamahan dan fasilitas yang diberikan serta aktivitasnya dalam berdialog.

Faktor Penghambat

Faktor penghambat yang cukup mengganggu terciptanya tujuan dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain adalah:
  1. Kurangnya perhatian terhadap intensifikasi budidaya kelinci, khususnya dalam pemberian pakan, sehingga kebutuhan zat makanan untuk ikan tidak diperhatikan.
  2. Tingkat kesibukan keseharian penduduk desa dibidang pertanian tanaman pangan, sehingga beternak kelinci merupakan usaha sampingan. Respon yang diberikan oleh peserta kegiatan cukup baik. Hal ini diukur melalui perubahan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah pertanian dan limbah agroindustri untuk pakan kelinci yang berkualitas melalui teknik formulasi complete feed yang terbukti dari cepat tanggapnya peserta.
  3. Pengetahuan petani-ternak mengenai teknik formulasi complete feed dan cara pemberiannya dapat meningkatkan iklim yang kondusif mengenai pemeliharaan kelinci kearah intensif sehingga pada gilirannya dapat mengingkatkan produktivitas kelinci.
  4. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini mendapat partisipasi aktif dari pemerintah setempat dan masyarakat, khususnya petani.

Untuk lebih memasyarakatkan mengenai budidaya kelinci secara intensif dengan cara memanfaatkan potensi muatan lokal di Desa Panaragan, maka disarankan:
  1. Perlu adanya tindak lanjut kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat mengenai teknik pemeliharaan dalam usaha intensifikasi budidaya kelinci.
  2. Perlu adanya upaya bantuan pengadaan alat pembuatan pakan komplit skala rumah tangga

0 Response to "Kaji Tindak Pembuatan Complete Feed Dalam Upaya Budidaya Kelinci Di Desa Panaragan Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis"